Minggu, 11 Januari 2015

[NIT's] CERITA TENTANG BPJS

Artikel ini hanya membahas masalah, cerita dan kisah yang pernah saya (selaku admin blog ini) hadapi dalam kehidupan saya. Jadi tidak membahas masalah, cerita dan kisah dalam lingkup yang luas (apalagi se-Indonesia). Jadi intinya artikel ini murni curcol saya pribadi.
Okee...cekidot

Pertama-tama, BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Dahulu kala BPJS ini adalah Askes/Jamsostek.
Saya selaku peserta jamsostek, kalau dulu di jamsostek yang dibayar ada 3 item, yaitu untuk jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua. Nah, sekarang untuk item jaminan kesehatan sudah dialihkan ke BPJS.
Lebih lengkap FAQ mengenai BPJS bisa dibaca disini :
http://health.liputan6.com/read/788613/pertanyaan-pertanyaan-dasar-seputar-jkn-dan-bpjs




Menurut iklannya :
~ Iklan pertama yang saya lihat (ada di batangkuis/simpang tiga ke Bandara Kualanamu, sekarang sudah tidak ada lagi) BPJS ini bersifat gotong royong. Di iklan spanduk (Ada foto Pak SBY) tersebut sepertinya BPJS belum diluncurkan, jadi masih pengenalan.

~ Kemudian muncul iklan di TV, disitu yang iklanin Kang Epy Kusnandar sama istrinya. Quote-nya kalo saya gak salah “yang kaya menolong yang miskin”.

~ Terus ada iklan Ade Ray, yang ini saya gak ingat sama sekali apa isi iklannya. Kalau penasaran bisa nonton di yuotube

~ Yang terakhir saya lihat di tv, gak tau siapa model iklannya, kayaknya gak artis deh... si Bapak itu bilang “mendaftarlah selagi sehat”. Karena per 1 November 2014, kartu BPJS baru aktif/bisa digunakan 1 minggu setelah mendaftar. 

Intinya berdasarkan iklannya BPJS ini bersifat tolong menolong. Tapi jadinya tidak hanya yang kaya menolong yang miskin sih, akhirnya yang miskin juga nolong yang kaya dong, karenakan si Miskin juga harus bayar.



Berapa yang harus dibayar? Rp 25.500 untuk kelas 3, kelas 2 Rp 42.500, kelas 1 Rp 59.500.

Dari studi kasus yang saya lihat, kelas ini hanyalah berpatokan pada kamar dimana Anda akan dirawat, masalah obat/pelayanan kesehatan lainnya, baik kelas 1/2/3 sama tidak ada bedanya.


Kembali membahas masalah gotong royong atau si kaya membantu si miskin, ada yang mengganjal di hati saya. Kalau si kaya, oke lah, dia sanggup bayar, sekalipun kelas 1 dengan seluruh anggota keluarga (kita anggap 5 orang, ayah-ibu dan 3 anak, bahkan lebih). Terus yang miskin bagaimana? Yang hanya menjadi tukang becak, atau keluarga anak yatim yang Ibunya hanyalah seorang buruh cuci baju. Apakah adil? Ah....saya lelah memikirkannya.... oleh karena itu tidak usah saja saya bahas.

Saya sendiri adalah peserta BPJS kelas 3. Yups...tiap bulannya saya harus membayar Rp. 25.500. Bagaimana perasaan saya karena harus membayar Rp. 25.500 setiap bulannya? Karena kalau dikalkulasikan 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, dst, pasti udah banyak sekali nilai uangnya. Perasaan saya biasa saja, karena saya menganggap itu sebagai sedekah saja. Harapan saya dengan sedekah ini semoga saya selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Aamiin......
Kenapa harus keberatan, bahkan jikalau Anda tanya orang yang sedang sakit di rumah sakit, mereka bahkan rela membayar berapapun agar bisa sembuh. Jadi (kasarnya) anggap saja ini seperti membeli kesehatan (yah walaupun mungkin ini cara berpikir yang salah).



Oh iya, jika Anda bekerja di suatu instansi, misalnya seperti saya di bawah naungan Yayasan AMDA, Anda bisa membayar lebih murah biaya BPJS-nya.
Hitung-hitungannya sebagai berikut :
Di bawah naungan instansi, dapat kelas 2, tanggungan 5 orang (suami-istri dan 3 anak), biaya kurang lebih Rp. 85.000
Kalau BPJS mandiri kelas 2 Rp. 42.500 x 5 orang = Rp. 212.500
Kalau BPJS mandiri kelas 3 Rp. 25.500 x 5 orang = Rp. 127.500

Menurut Anda, untungan yang mana? Sudah jelas donk jawabannya, yah....tapi ini hanya berlaku untuk orang-orang yang bekerja di bawah naungan suatu instansi




Ada tips nih dari saya, bagi yang mau daftar BPJS.

1.    Per 1 November 2014 ini ada peraturan baru.
a.    Harus mendaftar untuk seluruh anggota yang tertera di kartu keluarga, tidak bisa perindividu lagi.
b.    Kartu Keluarga harus yang terbaru (warna biru), mereka tidak mau memproses untuk Kartu keluarga yang masih bewarna merah.             
c.    KTP harus yang elektrik, mereka tidak mau memproses untuk KTP belum elektrik
d.    Fotocopy Buku Bank halaman depan/halaman identitas nasabah (yang ada Nama, Nomor Rek, dll). Bank Mandir/BRI/BNI, selain itu tidak bisa
e.    Bawa pasfoto 3x4 untuk seluruh anggota yang mau didaftarkan
f.     Jika dalam 1 kartu keluarga ada yang PNS, maka harus melampirkan fotocopy kartu askes.
g.    Jika dalam 1 kartu keluarga ada yang sudah memiliki kartu BPJS, maka harus melampirkan fotocopy kartu BPJS.
h.    Jika kartu keluarga belum dipecah, misalnya anaknya sudah menikah tetapi belum keluar dari kartu keluarga orangtuanya, maka wajib melampirkan surat keterangan sudah menikah dari Kantor Lurah/Desa (ini kalau ada anggota yang tidak mau didaftarkan tetapi belum pecah kartu keluarga)
i.      Jika dalam pengurusan BPJS ini diwakilkan oleh orang lain yang tidak tertera di dalam kartu keluarga, misalnya tetangga, orang yang diberi kuasa wajib membawa surat kuasanya bermaterai 6000. 1 orang hanya boleh mewakilkan 1 kartu keluarga
j.      Ini saja yang saya ingat ketika kemarin adik saya daftar, mohon maaf -_-

2.    Kartu baru aktif/bisa digunakan untuk berobat 1 minggu setelah daftar, maka ingat iklannya “BEROBATLAH KETIKA SEHAT”
3.    Siapkan seluruh berkasnya, biar gak bolak balik ke kantornya
4.    Sabar antri, oleh karena itu datanglah pagi-pagi. Mereka (SATPAM  kali ya...) sudah bagi-bagi nomor antrian walau si kantor belum buka.
5.    Ketika mengisi formulir, di bagian Faskes Tingkat I (klinik tempat kita ingin berobat), isilah dengan dengan klinik tempat kita ingin berobat, jika tidak, maka pihak pegawai BPJS akan mengisinya dengan Puskesmas terdekat dengan alamat kita.
6.    Pastikan Klinik yang ingin Anda isi di kolom isian Faskes Tingkat I menerima pelayanan dengan kartu BPJS.
7.    Pikir-pikirlah dengan masak-masak, kelas mana yang ingin Anda pilih. Sesuaikan dengan keuangan Anda. Saran dari saya, pilih saja kelas 3. Why? Seperti yang saya tulis di atas tadi, kelas itu hanyalah untuk kamar perawatan saja, pelayanan lainnya seperti obat, operasi bahkan kemoterapi, mau kelas 1/2/3 itu sama saja pelayanannya, tetap bisa dan dilayani.
Apakah Anda termasuk orang yang berpikir “AH...NANTI KALAU SAKIT, TERUS DIRAWATNYA DI KELAS 3, KAN GAK ENAK” helllooooooooowwwwww.....emang Anda niat banget ya sakit sampe opname gitu???? Terus emang niat banget juga mau sering-sering opname??? Naudzubillah ya....jangan sampe deh kita ini sakit-sakitan, mudah-mudahan selau diberi kesehatan oleh Allah SWT, Kalo bisa seumur hidup jangan opname deh, Aamiin.....
Saya adalah pengguna kartu kelas 3, saya sendiri bukan orang yang hobi sakit, hanya saja karena faktor genetik, kondisi kesehatan gigi saya tidak sehat, sehingga banyak yang bolong, paling tidak 2 bulan sekali saya ke dokter gigi untuk nambal gigi (bisa 1 bulan sekali, bisa juga sekali datang ke dokter saya nambal sampai 2 gigi), dan itu GRATIS karena BPJS kelas 3 ini. Lumayan kan, kalo ke dokter gigi bayar mandiri, biaya tambal gigi untuk 1 gigi aja udah 150ribu/gigi, perawatan 50ribu/kunjungan.

8.    JANGAN SAMPAI HILANG REKENING VIRTUAL YANG DIBERIKAN KE ANDA, kalo sampai hilang nanti Anda gk tau harus bayar kemana dan jadi repot harus mengurusnya lagi ke kantor BPJS.


Yang menjadi ganjalan saya sampai sekarang adalah masalah fotocopy buku bank, untuk apa coba fotocopy buku bank tersebut, kalaulah bayar iuran bulanannya masih juga harus setor tunai ke bank. Emang sih bisa bayar via ATM, tapi kalau masih ada pilihan boleh setor tunai kenapa harus melampirkan fotocopy buku bank? Bukankah ini malah akhirnya memberatkan masyarakat yang tidak mampu. Harus buka rekening kan pake uang. Buka rekening yang pake ATM, untuk BNI saja itu setoran awalnya minimun 250ribu (gak tau kalo Bank Mandiri, kalo BRI katanya bisa 100ribu), kalau pake buku tabungan TABUNGANKU, emang setoran awalnya kecil, tapi kan gak ada ATM. Podomawon......
Gak jelas deh ini manfaatnya apa. Apakah mungkin ini akal-akalan saja supaya nasabah suatu bank bertambah?? Tidak tahu....Wallahua’lam



Ada 3 studi kasus yang ingin saya ceritakan berkaitan dengan BPJS ini, semoga menginsprirasi

CASE 1 :
Si AL (bukan alliando, bukan al-ghazali, tapi alesh muhammad), mendaftar BPJS (dengan kesadaran penuh) melalui instansi. Jadi Si AL membayar kurang lebih 85ribu perbulan. Setelah mendapatkan kartu BPJS nya, beberapa hari kemudian Si AL ini berkata kepada istrinya :
“Darling, sayang banget lah ya kita bayar 85ribu tiap bulan padahal gak sakit”
and you know what happened then .....(bener gak nih english-nya)
selang beberapa hari setelah Si AL berkata begitu, anaknya pun jatuh sakit dan harus opname di rumah sakit.

Saya tidak menjudge bahwa sakitnya anaknya itu adalah karena perkataanya. Bisa saja anaknya itu memang harus sakit karena alasan ilmiah. Atau memang sudah takdir anaknya harus sakit. Yah....apapun itu lah, ini adalah pembelajaran untuk kita semua agar hati-hati menjaga lisan agar tidak jatuh ke lubang sendiri.

Pernah baca buku ini?
(ini buku saya foto sendiri loh....)

Salah satu kutipannya :
Orang-orang yang terbiasa dengan ucapan-ucapan ketidakmampuan akan merasa dirinya memang benar-benar tidak mampu, dan akhirnya beban kecil yang seharusnya dapat diselesaikan menjadi beban besar yang tak terselesaikan.

Dari segi agama (Islam khususnya), tata krama dalam hal berbicara juga dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW mengatakan “Kullu kalam addu’a” yang berarti setiap perkataan adalah do’a. Entah itu perkataan yang baik ataupun yang buruk, sama-sama mengandung unsur do’a bagi yang mengucapkannya.

So.....YOUR WORDS MAKE YOU....Remember....ting..ting...


CASE 2 :
My Grandma (yes...nenek saya) karena alasan beliau tidak mau ikut anak-anaknya kecuali kalau matanya sudah rabun dan telinga sudah mulai pekak, maka akhirnya nenek cantik ini tinggal sendiri dirumahnya. Karena posisi kecamatan rumahnya dengan rumah anak-anaknya berbeda, jadinya nenek cantik ini punya kartu keluarga sendiri yang beranggotakan dirinya sendiri.

Beberapa waktu lalu, sebelum anak-anaknya sempat untuk mendaftarkan BPJS beliau, si nenek cantik udah nyeletuk duluan “ah..sayanglah bayar tiap bulan tapi gak sakit”
Padahal kalau beliau daftar pasti yang bayar anaknya, its oke...akhirnya tetap belum daftar karena belum ada yang sempat menemani pergi daftar.

Tepat tahun baru 2015 ini, keluarga ngumpul ada pengajian karena cucunya nenek cantik khitan. And...nenek cantik bawa berita, beliau sudah daftar BPJS ke kantor di jalan Karya sama tetangganya.
Wakwaw....pada kaget donk....mengingat kata-katanya yang sebelumnya itu...
Ternyata eh ternyata, ada kisah inspiratif yang membuat nenek cantik ini berubah pikiran dan akhirnya pergi sendiri daftar BPJS.

Begini kisahnya, suatu hari di angkot (yups, di umurnya yang sudah 72 tahun ini nenek cantik masih saja hobi sekali belanja belinji ke pasar buat beli baju atau sekedar cabe bawang), di angkot ada ibu-ibu sama temannya membahas BPJS, jadi si ibu ini berkata ke temannya “ikut aja lah kau BPJS, gak apa lah bayar 25ribu, nanti kalo sakit sakit kau gak payah, terus kalo gak sakit sakit ya syukur, anggap aja bayar 25ribu itu sedekah”.

Jadi, ketika tahun baru itu, nenek cantik bilang, beliau tersentuh hatinya mendengar kata ibu-ibu itu.
Nenek cantik bilang “orang batak aja bisa bilang gitu”
(batak itu kristen maksud si nenek cantik, yups...di Medan batak itu identik dengan orang yang beragama kristen, walaupun pada kenyataannya gak semua orang batak agamanya kristen)

Nenek cantik tersentuh, karena ibu itu bilang kata “sedekah”. Karena sedekah itu sendiri identik dengan islam. Sekalipun di agama lain, yang se-istilah dengan sedekah itu pasti ada. Misalnya budha, mereka sebut berderma (efek nonton drama di DAAItv) kalo saya gak salah sih. Kalau agama kristen saya sendiri gak tau apa istilahnya (nanti saya tanya sama Lantika). Mohon maaf, saya lagi tidak bisa browsing, jadi info nya gak jelas gini -_-

Di cerita kedua ini, menekankan kepada makna SEDEKAH, membantu orang yang susah. Seperti pemikiran saya yang sudah saya ungkapkan di atas tadi.


CASE 3 :
Keluarga tetangga, tiada angin tiada hujan, tiba-tiba anaknya kelas 5 SD sakit demam tinggi, beberapa hari dirawat dirumah tapi demamnya tidak reda juga. Akhirnya, anaknya dibawa ke klinik di dekat rumah. Setelah diambil sampel darahnya, didoagnosa kena tifus. Tapi setelah beberapa hari demamnya tidak juga turun dan mengeluh perut bagian bawahnya sakit. Akhirnya, dirujuk ke rumah sakit. Di rumah sakit didiagnosa si anak ini kena usus buntu, dan sudah akut, karena usus buntunya sudah pecah, sehingga harus segera dioperasi.
Dokter langsung tanya, “ada BPJS bu?”, si Ibu jawab “gak ada dok”.
Dokter langsung tepok jidat, “waduh, piye iki ya buk, biayanya besar kali bu untuk operasi ini, karena ini termasuk operasi besar, kena 10juta ini buk hanya untuk biaya operasi aja diluar ruang ICU, kamar, dan obat-obatan.”
Si ibu langsung lemes denger biaya yang begitu besar.
Tapi mau bagaimana lagi, anaknya mau gak mau harus segera  dioperasi.
Biaya di klinik 4 hari saja sudah 650ribu.
Sementara si ibu ini hanyalah pembantu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai tukang bangunan. Dia tidak terpikir ingin membuat kartu BPJS karena melihat kondisi kesehatan anak-anaknya, dia dan suami sehat-sehat saja, tapi ternyata Allah bilang lain, anaknya harus sakit usus buntu dan harus segera dioperasi.
Dan jika ditotal, biaya di rumah sakit bisa mencapai 15juta.
Sementara BPJS tidak ada, dan jikalau pun diurus ketika itu, seminggu kemudian kartunya baru aktif/bisa dipakai berobat.
Alhamdulillah, akhirnya masalah keuangan rumah sakit si ibu ini terselesaikan juga dibantu oleh keluarganya.

Nah...kisah ke-3 ini mengingatkan kita ke iklannya ya kan.... MENDAFTARLAH SELAGI SEHAT




Begitulah kira-kira curcol dan cerita-cerita gak penting ini....
minta maaf ke nenek cantik yang sudah diceritain disini...."maaf ya nek....ampuni cucumu ini.....semoga nenek panjang umur dan sehat selalu...Aamiin..."

semoga menginspirasi dan membantu ya...
terimakasih 
Wassalam
^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar