Artikel ini hanya membahas masalah, cerita dan kisah yang pernah
saya (selaku admin blog ini) hadapi dalam kehidupan saya. Jadi tidak membahas
masalah, cerita dan kisah dalam lingkup yang luas (apalagi se-Indonesia). Jadi intinya
artikel ini murni curcol saya pribadi.
Okee...cekidot
Pertama-tama, BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Dahulu kala BPJS ini adalah Askes/Jamsostek.
Saya selaku peserta jamsostek, kalau
dulu di jamsostek yang dibayar ada 3 item, yaitu untuk jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua. Nah, sekarang untuk item jaminan
kesehatan sudah dialihkan ke BPJS.
Lebih lengkap FAQ
mengenai BPJS bisa dibaca disini :http://health.liputan6.com/read/788613/pertanyaan-pertanyaan-dasar-seputar-jkn-dan-bpjs
Menurut iklannya :
~ Iklan pertama yang saya lihat (ada di batangkuis/simpang
tiga ke Bandara Kualanamu, sekarang sudah tidak ada lagi) BPJS ini bersifat
gotong royong. Di iklan spanduk (Ada foto Pak SBY) tersebut sepertinya BPJS
belum diluncurkan, jadi masih pengenalan.
~ Kemudian muncul iklan di TV, disitu yang iklanin Kang Epy
Kusnandar sama istrinya. Quote-nya
kalo saya gak salah “yang kaya menolong yang miskin”.
~ Terus ada iklan Ade Ray, yang ini saya gak ingat sama
sekali apa isi iklannya. Kalau penasaran bisa nonton di yuotube
~ Yang terakhir saya lihat di tv, gak tau siapa model iklannya, kayaknya gak artis deh... si Bapak itu bilang “mendaftarlah selagi sehat”. Karena per 1 November 2014, kartu BPJS baru aktif/bisa digunakan 1 minggu setelah mendaftar.
Intinya berdasarkan iklannya BPJS ini bersifat tolong menolong. Tapi jadinya tidak hanya yang kaya menolong yang miskin sih, akhirnya yang miskin juga nolong yang kaya dong, karenakan si Miskin juga harus bayar.
Berapa yang harus dibayar? Rp 25.500 untuk kelas 3, kelas
2 Rp 42.500, kelas 1 Rp 59.500.
Dari studi kasus yang saya lihat, kelas ini hanyalah
berpatokan pada kamar dimana Anda akan dirawat, masalah obat/pelayanan
kesehatan lainnya, baik kelas 1/2/3 sama tidak ada bedanya.
Kembali membahas masalah gotong royong atau si kaya
membantu si miskin, ada yang mengganjal di hati saya. Kalau si kaya, oke lah,
dia sanggup bayar, sekalipun kelas 1 dengan seluruh anggota keluarga (kita anggap
5 orang, ayah-ibu dan 3 anak, bahkan lebih). Terus yang miskin bagaimana? Yang
hanya menjadi tukang becak, atau keluarga anak yatim yang Ibunya hanyalah
seorang buruh cuci baju. Apakah adil? Ah....saya lelah memikirkannya.... oleh
karena itu tidak usah saja saya bahas.
Saya sendiri adalah peserta BPJS kelas 3. Yups...tiap
bulannya saya harus membayar Rp. 25.500. Bagaimana perasaan saya karena harus
membayar Rp. 25.500 setiap bulannya? Karena kalau dikalkulasikan 1 tahun, 2
tahun, 5 tahun, dst, pasti udah banyak sekali nilai uangnya. Perasaan saya
biasa saja, karena saya menganggap itu sebagai sedekah saja. Harapan saya
dengan sedekah ini semoga saya selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Aamiin......
Kenapa harus keberatan, bahkan jikalau Anda tanya orang
yang sedang sakit di rumah sakit, mereka bahkan rela membayar berapapun agar
bisa sembuh. Jadi (kasarnya) anggap saja ini seperti membeli kesehatan (yah
walaupun mungkin ini cara berpikir yang salah).
Oh iya, jika Anda bekerja di suatu
instansi, misalnya seperti saya di bawah naungan Yayasan AMDA, Anda bisa
membayar lebih murah biaya BPJS-nya.
Hitung-hitungannya sebagai berikut :
Di bawah naungan instansi, dapat kelas 2,
tanggungan 5 orang (suami-istri dan 3 anak), biaya kurang lebih Rp. 85.000
Kalau BPJS mandiri kelas 2 Rp. 42.500 x 5
orang = Rp. 212.500
Kalau BPJS
mandiri kelas 3 Rp. 25.500 x 5 orang = Rp. 127.500
Menurut Anda,
untungan yang mana? Sudah jelas donk jawabannya, yah....tapi ini hanya berlaku
untuk orang-orang yang bekerja di bawah naungan suatu instansi
Ada
tips nih dari saya, bagi yang mau daftar BPJS.
1.
Per
1 November 2014 ini ada peraturan baru.
a.
Harus
mendaftar untuk seluruh anggota yang tertera di kartu keluarga, tidak bisa perindividu
lagi.
b.
Kartu
Keluarga harus yang terbaru (warna biru), mereka tidak mau memproses untuk
Kartu keluarga yang masih bewarna merah.
c. KTP harus yang
elektrik, mereka tidak mau memproses untuk KTP belum elektrik
d. Fotocopy Buku Bank halaman
depan/halaman identitas nasabah (yang ada Nama, Nomor Rek, dll). Bank
Mandir/BRI/BNI, selain itu tidak bisa
e. Bawa pasfoto 3x4
untuk seluruh anggota yang mau didaftarkan
f. Jika dalam 1 kartu
keluarga ada yang PNS, maka harus melampirkan fotocopy kartu askes.
g. Jika dalam 1 kartu
keluarga ada yang sudah memiliki kartu BPJS, maka harus melampirkan fotocopy
kartu BPJS.
h. Jika kartu keluarga
belum dipecah, misalnya anaknya sudah menikah tetapi belum keluar dari kartu
keluarga orangtuanya, maka wajib melampirkan surat keterangan sudah menikah
dari Kantor Lurah/Desa (ini kalau ada anggota yang tidak mau didaftarkan tetapi belum pecah kartu keluarga)
i. Jika dalam pengurusan
BPJS ini diwakilkan oleh orang lain yang tidak tertera di dalam kartu keluarga,
misalnya tetangga, orang yang diberi kuasa wajib membawa surat kuasanya
bermaterai 6000. 1 orang hanya boleh mewakilkan 1 kartu keluarga
j. Ini saja yang saya
ingat ketika kemarin adik saya daftar, mohon maaf -_-
2. Kartu baru aktif/bisa
digunakan untuk berobat 1 minggu setelah daftar, maka ingat iklannya “BEROBATLAH
KETIKA SEHAT”
3. Siapkan seluruh
berkasnya, biar gak bolak balik ke kantornya
4. Sabar antri, oleh
karena itu datanglah pagi-pagi. Mereka (SATPAM kali ya...) sudah bagi-bagi nomor antrian walau si
kantor belum buka.
5. Ketika mengisi
formulir, di bagian Faskes Tingkat I (klinik tempat kita ingin berobat), isilah
dengan dengan klinik tempat kita ingin berobat, jika tidak, maka pihak pegawai
BPJS akan mengisinya dengan Puskesmas terdekat dengan alamat kita.
6. Pastikan Klinik yang
ingin Anda isi di kolom isian Faskes Tingkat I menerima pelayanan dengan kartu
BPJS.
7. Pikir-pikirlah dengan
masak-masak, kelas mana yang ingin Anda pilih. Sesuaikan dengan keuangan Anda. Saran dari saya, pilih saja kelas 3. Why? Seperti
yang saya tulis di atas tadi, kelas itu hanyalah untuk kamar perawatan saja,
pelayanan lainnya seperti obat, operasi bahkan kemoterapi, mau kelas 1/2/3 itu
sama saja pelayanannya, tetap bisa dan dilayani.
Apakah Anda termasuk orang yang berpikir “AH...NANTI
KALAU SAKIT, TERUS DIRAWATNYA DI KELAS 3, KAN GAK ENAK”
helllooooooooowwwwww.....emang Anda niat banget ya sakit sampe opname gitu???? Terus
emang niat banget juga mau sering-sering opname??? Naudzubillah ya....jangan sampe deh kita ini sakit-sakitan,
mudah-mudahan selau diberi kesehatan oleh Allah SWT, Kalo bisa seumur hidup
jangan opname deh, Aamiin.....
Saya adalah
pengguna kartu kelas 3, saya sendiri bukan orang yang hobi sakit, hanya saja karena
faktor genetik, kondisi kesehatan gigi saya tidak sehat, sehingga banyak yang
bolong, paling tidak 2 bulan sekali saya ke dokter gigi untuk nambal gigi (bisa
1 bulan sekali, bisa juga sekali datang ke dokter saya nambal sampai 2 gigi),
dan itu GRATIS karena BPJS kelas 3 ini. Lumayan kan, kalo ke dokter gigi bayar
mandiri, biaya tambal gigi untuk 1 gigi aja udah 150ribu/gigi, perawatan 50ribu/kunjungan.
8. JANGAN SAMPAI HILANG
REKENING VIRTUAL YANG DIBERIKAN KE ANDA, kalo sampai hilang nanti Anda gk tau
harus bayar kemana dan jadi repot harus mengurusnya lagi ke kantor BPJS.
Yang menjadi ganjalan saya sampai sekarang adalah masalah fotocopy buku bank, untuk apa coba fotocopy buku bank tersebut, kalaulah bayar iuran bulanannya masih juga harus setor tunai ke bank. Emang sih bisa bayar via ATM, tapi kalau masih ada pilihan boleh setor tunai kenapa harus melampirkan fotocopy buku bank? Bukankah ini malah akhirnya memberatkan masyarakat yang tidak mampu. Harus buka rekening kan pake uang. Buka rekening yang pake ATM, untuk BNI saja itu setoran awalnya minimun 250ribu (gak tau kalo Bank Mandiri, kalo BRI katanya bisa 100ribu), kalau pake buku tabungan TABUNGANKU, emang setoran awalnya kecil, tapi kan gak ada ATM. Podomawon......
Gak
jelas deh ini manfaatnya apa. Apakah mungkin ini akal-akalan saja supaya
nasabah suatu bank bertambah?? Tidak tahu....Wallahua’lam
Ada
3 studi kasus yang ingin saya ceritakan berkaitan dengan BPJS ini, semoga
menginsprirasi
CASE 1 :
Si
AL (bukan alliando, bukan al-ghazali, tapi alesh muhammad), mendaftar BPJS
(dengan kesadaran penuh) melalui instansi. Jadi Si AL membayar kurang lebih
85ribu perbulan. Setelah mendapatkan kartu BPJS nya, beberapa hari kemudian Si
AL ini berkata kepada istrinya :
“Darling,
sayang banget lah ya kita bayar 85ribu tiap bulan padahal gak sakit”
and you know
what happened then .....(bener gak nih english-nya)
selang
beberapa hari setelah Si AL berkata begitu, anaknya pun jatuh sakit dan harus
opname di rumah sakit.
Saya
tidak menjudge bahwa sakitnya anaknya
itu adalah karena perkataanya. Bisa saja anaknya itu memang harus sakit karena
alasan ilmiah. Atau memang sudah takdir anaknya harus sakit. Yah....apapun itu
lah, ini adalah pembelajaran untuk kita semua agar hati-hati menjaga lisan agar
tidak jatuh ke lubang sendiri.
Pernah
baca buku ini?
(ini
buku saya foto sendiri loh....)
Salah
satu kutipannya :
Orang-orang yang terbiasa dengan
ucapan-ucapan ketidakmampuan akan merasa dirinya memang benar-benar tidak
mampu, dan akhirnya beban kecil yang seharusnya dapat diselesaikan menjadi
beban besar yang tak terselesaikan.
Dari segi agama (Islam khususnya), tata krama
dalam hal berbicara juga dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW
mengatakan “Kullu
kalam addu’a” yang berarti setiap perkataan adalah do’a.
Entah itu perkataan yang baik ataupun yang buruk, sama-sama mengandung unsur
do’a bagi yang mengucapkannya.
So.....YOUR WORDS MAKE
YOU....Remember....ting..ting...
CASE 2 :
My
Grandma (yes...nenek saya) karena alasan beliau tidak mau ikut anak-anaknya
kecuali kalau matanya sudah rabun dan telinga sudah mulai pekak, maka akhirnya
nenek cantik ini tinggal sendiri dirumahnya. Karena posisi kecamatan rumahnya
dengan rumah anak-anaknya berbeda, jadinya nenek cantik ini punya kartu
keluarga sendiri yang beranggotakan dirinya sendiri.
Beberapa
waktu lalu, sebelum anak-anaknya sempat untuk mendaftarkan BPJS beliau, si
nenek cantik udah nyeletuk duluan “ah..sayanglah bayar tiap bulan tapi gak
sakit”
Padahal
kalau beliau daftar pasti yang bayar anaknya, its oke...akhirnya tetap belum
daftar karena belum ada yang sempat menemani pergi daftar.
Tepat
tahun baru 2015 ini, keluarga ngumpul ada pengajian karena cucunya nenek cantik
khitan. And...nenek cantik bawa berita, beliau sudah daftar BPJS ke kantor di
jalan Karya sama tetangganya.
Wakwaw....pada
kaget donk....mengingat kata-katanya yang sebelumnya itu...
Ternyata
eh ternyata, ada kisah inspiratif yang membuat nenek cantik ini berubah pikiran
dan akhirnya pergi sendiri daftar BPJS.
Begini
kisahnya, suatu hari di angkot (yups, di umurnya yang sudah 72 tahun ini nenek cantik masih saja hobi sekali belanja belinji
ke pasar buat beli baju atau sekedar cabe bawang), di angkot ada ibu-ibu sama
temannya membahas BPJS, jadi si ibu ini berkata ke temannya “ikut aja lah kau
BPJS, gak apa lah bayar 25ribu, nanti kalo sakit sakit kau gak payah, terus
kalo gak sakit sakit ya syukur, anggap aja bayar 25ribu itu sedekah”.
Jadi,
ketika tahun baru itu, nenek cantik bilang, beliau tersentuh hatinya mendengar
kata ibu-ibu itu.
Nenek
cantik bilang “orang batak aja bisa bilang gitu”
(batak
itu kristen maksud si nenek cantik, yups...di Medan batak itu identik dengan
orang yang beragama kristen, walaupun pada kenyataannya gak semua orang batak
agamanya kristen)
Nenek
cantik tersentuh, karena ibu itu bilang kata “sedekah”. Karena sedekah itu
sendiri identik dengan islam. Sekalipun di agama lain, yang se-istilah dengan
sedekah itu pasti ada. Misalnya budha, mereka sebut berderma (efek nonton drama
di DAAItv) kalo saya gak salah sih. Kalau agama kristen saya sendiri gak tau
apa istilahnya (nanti saya tanya sama Lantika). Mohon maaf, saya lagi tidak
bisa browsing, jadi info nya gak jelas gini -_-
Di
cerita kedua ini, menekankan kepada makna SEDEKAH, membantu orang yang susah.
Seperti pemikiran saya yang sudah saya ungkapkan di atas tadi.
CASE 3 :
Keluarga
tetangga, tiada angin tiada hujan, tiba-tiba anaknya kelas 5 SD sakit demam
tinggi, beberapa hari dirawat dirumah tapi demamnya tidak reda juga. Akhirnya,
anaknya dibawa ke klinik di dekat rumah. Setelah diambil sampel darahnya,
didoagnosa kena tifus. Tapi setelah beberapa hari demamnya tidak juga turun dan
mengeluh perut bagian bawahnya sakit. Akhirnya, dirujuk ke rumah sakit. Di rumah
sakit didiagnosa si anak ini kena usus buntu, dan sudah akut, karena usus
buntunya sudah pecah, sehingga harus segera dioperasi.
Dokter
langsung tanya, “ada BPJS bu?”, si Ibu jawab “gak ada dok”.
Dokter
langsung tepok jidat, “waduh, piye iki ya buk, biayanya besar kali bu untuk
operasi ini, karena ini termasuk operasi besar, kena 10juta ini buk hanya untuk
biaya operasi aja diluar ruang ICU, kamar, dan obat-obatan.”
Si
ibu langsung lemes denger biaya yang begitu besar.
Tapi
mau bagaimana lagi, anaknya mau gak mau harus segera dioperasi.
Biaya
di klinik 4 hari saja sudah 650ribu.
Sementara
si ibu ini hanyalah pembantu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai tukang
bangunan. Dia tidak terpikir ingin membuat kartu BPJS karena melihat kondisi kesehatan anak-anaknya, dia dan suami sehat-sehat saja, tapi ternyata Allah bilang lain, anaknya harus sakit usus buntu dan harus segera dioperasi.
Dan
jika ditotal, biaya di rumah sakit bisa mencapai 15juta.
Sementara
BPJS tidak ada, dan jikalau pun diurus ketika itu, seminggu kemudian kartunya
baru aktif/bisa dipakai berobat.
Alhamdulillah,
akhirnya masalah keuangan rumah sakit si ibu ini terselesaikan juga dibantu
oleh keluarganya.
Nah...kisah
ke-3 ini mengingatkan kita ke iklannya ya kan.... MENDAFTARLAH SELAGI SEHAT
Begitulah kira-kira curcol dan cerita-cerita gak penting ini....
minta maaf ke nenek cantik yang sudah diceritain disini...."maaf ya nek....ampuni cucumu ini.....semoga nenek panjang umur dan sehat selalu...Aamiin..."
semoga menginspirasi dan membantu ya...
terimakasih
Wassalam
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar