A. Pengetian Intregritas
Integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan dan kejujuran. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)[1].
Pengertian Integritas Menurut Para Ahli [2] :
1. Henry Cloud
Menurut Henry Cloud, ketika berbicara mengenai integritas, maka tidak akan terlepas dari upaya untuk menjadi orang yang utuh dan terpadu di setiap bagian diri yang berlainan, yang bekerja dengan baik dan menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Integritas sangat terkait dengan keutuhan dan keefektifan seseorang sebagai insan manusia.
2. Ippho Santoso
Menurut Ippho Santoso, integiras sering diartikan sebagai menyatunya pikiran, perkataan dan perbuatan untuk melahirkan reputasi dan kepercayaan. Jika merujuk dari asal katanya, kata integritas memiliki makna berbicara secara utuh dan lengkap/sepenuh – penuhnya.
3. Andreas Harefa
Menurut Andreas Harefa, integritas merupakan tiga kunci yang bisa diamati, yakni menunjukkan kejujuran, memenuhi komitmen, dan mengerjakan sesuatu dengan konsisten.
Jack Welch, dalam bukunya yang berjudul “Winning” mengatakan, “integritas adalah sepatah kata yang kabur (tidak jelas). Orang-orang yang memiliki integritas mengatakan kebenaran, dan orang-orang itu memegang kata-kata mereka. Mereka bertanggung-jawab atas tindakan-tindakan mereka di masa lalu, mengakui kesalahan mereka dan mengoreksinya. Mereka mengetahui hukum yang berlaku dalam negara mereka, industri mereka dan perusahaan mereka – baik yang tersurat maupun yang tersirat – dan mentaatinya. Mereka bermain untuk menang secara benar (bersih), seturut peraturan yang berlaku. ”Berbagai survei dan studi kasus telah mengidentifikasikan integritas atau kejujuran sebagai suatu karakteristik pribadi yang paling dihasrati dalam diri seorang pemimpin.[3]
B. Integritas Seorang Pendidik
Integritas seorang pendidik memang dibutuhkan dalam pencapaian profesionalisme. Bukan hanya sekadar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau administrasi lainnya. Akan tetapi wujud dari integrasi diri perlu diperlihatkan.
Integritas merupakan gabungan dari moral dan nilai-nilai. Pendidik yang mengajar dengan integritas berarti ia mengajar dari lubuk hatinya yang terdalam, menyatu dengan siswa dan membangkitkan gairah mereka untuk senang belajar atau mencintai pelajaran. Pendidik yang memiliki kharisma semacam ini akan menikmati harmonisasi kehidupan daam dirinya dan betul-betul merasa bahagia dengan pilihan karirnya.
Menurut Paul Suparno, S.J. [4], contoh pendidik yang berintegritas rendah sebagai berikut :
- Mengaku guru tersertifikasi, tetapi kalau mengajar hanya duduk dan membiarkan siswa ramai sendiri; dia jalan-jalan merokok di luar
- Mengaku sebagai pendidik, ternyata datang terlambat, koreksi terlambat, tidak pernah meningkatkan kemampuan mengajarnya
- Mengaku masih single, ternyata sudah punya anak 2
- Mengaku mencintai siswa, ternyata waktu ada siswa jatuh dan alami kecelakaan, hanya diam berdiri saja tidak menolong
- Mengatakan berkolega sama guru lain, nyatanya tidak pernah mau terlibat dalam percaturan bersama, selalu menyendiri, merasa hebat sendiri
Menurut Paul Suparno, S.J. [4], ciri-ciri pendidik yang berintegritas sebagai berikut :
- Tanggungjawab dengan tugasnya sebagai pendidik
- Memberikan yang menjadi hak dan kewajibannya
- Terus belajar mengembangkan diri, sehngga professional
- Mencintai siswa untuk maju
- Sertifikasi: tanggungjawab pada perkembangan anak didik
- Jujur, terus terang
- Terbuka, apa adanya
- Berani mengakui positif dan negatifnya
- Mau kerjasama dengan sesama guru dalam pengembangan sekolah
- Tidak menipu dalam proses laporan, pengembangan, dan sertifikasi
- Omongan dan tindakannya sama, konsisten
- Kenali diri Anda sendiri. Butlah catatan yang berisi daftar tujuan profesional dan tujuan pribadi Anda sesuai prioritasnya sehingga Anda tahu persis mana yang paling penting buat Anda. Selanjutnya sesuaikan tujuan-tujuan tersebut dengan filosofi pendidikan Anda.
- Kerjakan masalah-masalah yang penting dengan hati-hati, bersiaplah untuk menjadi saksi atas apa yang Anda yakini itu.
- Bila berhadpan dengan konflik, cari waktu untuk memahami beberapa kemungkinan jalan keluar, termasuk pengaruhnya bagi diri Anda dan bagi orang lain. Anda selanjutnya akan membuat pilihan yang terbaik, yang sejalan dengan filosofi pribadi serta sistem nilai. Bertindak sesuai dengan dorongan hati dapat membahayakan integritas Anda sebagai seorang guru.
- Peganglah komitmen Anda. Kenalilah apa yang diharapkan dari Anda, lalu kerjakanlah bila waktu sudah memungkinkan.
- Anda hanya boleh membuat janji untuk hal-hal yang dapat Anda lakukan dan berusahalah dengan keras untuk menyelesaikan semua pekerjaan Anda hingga selesai.
- Mengajarlah dengan cara-cara yang dapat mencerminkan diri Anda sebenarnya, ketertarikan dan kepercayaan Anda, serta apa saja yang membuat Anda mudah tersinggung/terluka.
- Tunjukkan tanggungjawab intelektual Anda. Perbarui terus pengetahuan Anda dengan hadir dalam konferensi-konferensi dan lokakarya.
- Praktikkan atau latihlah pepatah kuno : Bila Anda tidak dapat mengatakan sesuatu yang baik, lebih baik tidak berkata apapun.
- Hargailah siswa Anda dengan pendekatan pribadi bila Anda ingin membicarakan masalah-masalah khusus dengan mereka. Katakanlah kepada mereka secara jujur apa yang ingin Anda katakan.
- Sejauh kemampuan Anda, lakukan dan jadikanlah Anda guru yang terbaik dan pribadi yang menikmati pekerjaan tanpa ambivalensi [6].
Sumber :
[1] http://kbbi.web.id/integritas
[2] http://pengertiandefinisi.com/pengertian-integritas-menurut-pandangan-para-ahli/
[3] http://ot.id/tips-profesional/integritas-dan-komitmen-dalam-bekerja
[4] https://repository.usd.ac.id/1263/1/1606_20150723+integritas+bsd.pdf
[5]Kathy Paterson, (2007), 55 Teaching Dilemmas (55 Dilema dalam Pengajaran), PT. Grasindo, Jakarta
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Ambivalensi
(By : Nit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar